Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. ( QS Alhadid : 20)
Sahabat dunia islam, ada sebagian manusia yang mengejar dunia dengan segala cara, bahkan dia juga menghabiskan waktu untuk mengejar dunia. Pertanyaanya apakah dunia itu dapat dikejarnya? Ternyata tidak, ternyata semakin kita mengejar dunia bukanya semakin mendekat malah semakin jauh. Kenapa demikian?
Karena dunia ini adalah perlombaan dialam fatamorgana, setiap tiba di garis finis akan selalu ada garis finis yang baru dan seterusnya. Seperti ayat diatas QS Al Hadid : 20
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan,…
Makna dari ayat diatas menunjukan bahwa dunia dan isinya adalah permainan yang melalaikan, perhiasan, perlombaan bermegah-megah dan berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak semuanya itu akan mendapat azab yang keras dari Allah SWT di akhirat nanti.
Oleh sebab itu mari kita sebagai muslim yang mengerti ajaran islam yang baik jangan mengikuti perlombaan dunia tanpa harus melupakan akhirat. Mencari dunia boleh-boleh saja tetapi dengan niat mencari keberkahan dan sebagai jalan untuk mendekatkan kita kepada Allah SWT. Seperti dalam hadis yang diriwayatkan HR. Bukhari yaitu:
…. dan jika kamu mendekat kepada KU satu jengkal, niscaya Aku akan mendekat kepadamu satu hasta, dan jika kamu mendekat kepada KU satu hasta, maka AKU akan mendekat kepadamu satu Depa, dan jika kamu mendekat kepada KU dengan berjalan kaki, niscaya AKU akan mendatangimu dengan berlari kecil” (HR. Bukhari).
Semakin kita mendekat kepada Allah, maka Allah akan mendekat kepada hamba-Nya melebihi apa yang kita lakukan. Oleh sebab itu mari kita memperbanyak mengingat Allah, maka Dia akan mencukupimu. Allah berfirma :
Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui. ( QS Al Ankabut : 64 )
Ada beberapa poin yang perlu kita pahami dari ayat di atas yaitu:
Harta dan Anak Akan Melalaikanmu Mengingat Allah
Allah berfirman dalam surat Al Munafiquun ayat 9 :
Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. (QS. Al Munafiquun : 9)
Ketika kita mencintai harta dan anak secara berlebihan dapat menghalangi kita mengingat Allah, selain itu membanggakan anak dan harta adalah salah satu ciri orang yang munafiq.
Dalam ayat yang lain Allah berfirman :
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-lah pahala yang besar (QS. At Taqhabun : 15)
Harta dan anak selalu berfungsi ganda, jika kita bisa mendidik anak maka anak akan menjadi bekal kita di Akhirat, demikian juga harta, jika kita bisa menggunakan harta dengan cara bersedekah ban berinfaq maka harta tersebut menjadi tabungan kita di akhirat nanti.
Harta Sebagai Sarana Tujuan Hidup
Harta yang kita cari di dunia bukanlah tujuan hidup, tetapi dia tidak lebih sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup. Dan sarana ini semua akan kita tinggalkan setelah kita berhasil tujuan akhir yaitu keselamatan di dunia dan di akhirat. Nabi bersabda :
“ Dunia itu laksana surga bagi orang kafir dan penjara bagi orang mukmin”. (HR. Muslim)
Kenapa demikian karena setiap harta yang kita dapatkan dan harta yang kita belanjakan semua itu akan di pertanggung jawabkan pada hari akhir.
Apakah harta yang kita dapatkan halal atau haram, dan membelanjakan harta apakah untuk berbuat baik seperti bershodakoh, infak dll atau justru kita membelanjakan harta kita di jalan maksiat. Tentu semua itu akan di pertanggungjawabkan.
Wallahu a’lam
0 komentar:
Posting Komentar